Senin, 08 April 2013

Faktor-faktor yang mendorong kenaikan harga

Faktor-faktor yang mendorong kenaikan harga dan menimbulkan terjadinya inflasi, antara lain:

1. Terlalu berambisinya pemerintah untuk menyerap sumber-sumber ekonomi dalam jumlah yang lebih besar bila dibandingkan dengan kesempatan yang diberikan kepada pihak swasta pada tingkat harga yang berlaku.
2. Berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha mendapatkan tambahan pendapatan relatif yang lebih besar daripada kenaikan produktivitasnya.
3. Adanya harapan yang berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan barang dan/atau jasa naik lebih cepat daripada tambahan output yang mungkin dicapai oleh perekonomian yang bersangkutan.
4. Adanya kebijakan pemerintah yang mendorong naiknya harga-harga secara umum.
5. Pengaruh alam di luar kekuasaan manusia. misalnya musim kemarau yang panjang, banjir, dan serangan hama penyakit pada tanaman. yang pada gilirannya dapat mengakibatkan naiknya harga-harga di pasar.
6. Adanya resesi ekonomi dunia, khususnya bila ada pengaruh inflasi dari luar negeri, terutama bila pihak luar negeri tersebut menganut sistem perekonomian terbuka.

Pokok Bahasan Ekonomi Pertanian

Pertanian 
Kegiatan berproduksi merupakan kegiatan dengan lingkup yang agak sempit sehingga banyak membahas aspek mikro. Dalam mempelajari aspek ini, peranan hubungan input dan output mendapat perhatian utama. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macam atau ketersediaannya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari segi efisiensi penggunaannya. Karena hal-hal inilah (macam, ketersediaan, dan efisiensi) maka terjadi kesenjangan produktivitas (yield gap) antara produktivitas yang seharusnya dengan produktivitas yang dihasilkan oleh petani.

Pada kenyataannya, senjang produktivitas ini terjadi karena adanya faktor yang sulit diatasi oleh petani, seperti teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan perbedaan lingkungan (misalnya, iklim). Karena dua faktor tersebut amat sulit diatasi petani maka perbedaan hasil yang disebabkan kedua faktor itu menyebabkan senjang produktivitas dari hasil-hasil eksperimen dan dari potensial suatu usaha tani. Hal tersebut sering pula disebut dengan istilah “senjang produktivitas pertama”. Selanjutnya, dikenal pula “senjang produktivitas kedua” (yield gap II), yaitu perbedaan produktivitas dari suatu potensial usaha tani dan dari apa yang dihasilkan oleh petani.

Mengapa Harga Berbeda Antar Negara?

Harga Barang 
Ada beberapa pertimbangan yang dapat menjelaskan mengapa harga berbeda antar-negara. Pertama, ada perbedaan dalam selera dan preferensi yang mempengaruhi permintaan. Ada perbedaan yang signifikan antara kebudayaan yang berbeda [Payer, 1988]. Hal ini berlaku untuk pilihan obat serta kuantitas obat (dosage) dan bentuk administrasinya. Kedua, ada insentif finansial yang mempengaruhi pilihan obat resep oleh dokter [Eisenstodt, 1992]. Hal ini dapat menentukan harga dan permintaan akan obat. Misalnya, di Amerika Serikat pengeluaran untuk obat hanya menjadi 8% dan pengeluaran total untuk pelayanan kesehatan, sedangkan di Jepang menjadi 30%. Ketiga, campur tangan pemerintah dan campur tangan pihak ketiga (perusahaan asuransi kesehatan) dapat mempengaruhi harga obat dan konsumsi obat [Danzon dan Kim, 1993]. Di banyak negara, ada regulasi pemerintah mengenai harga obat secara langsung atau tak langsung.

Dahulu industri farmasi dapat memprotes akan kebijakan pemerintah dalam bidang kontrol atas harga dengan argumen dari hak-hak asasi manusia. Para pasien berhak mengakses obat-obatan yang terbaik dan paling efektif dan hanya dokter berhak menentukan obat resep yang paling cocok dengan penyakit pasien. Sekarang yang ada faktor politik. Semakin lama semakin perlu bahwa industri farmasi membenarkan harga-harga obat yang dikena. Beberapa alasan tentang keuntungan pasar bebas belum dapat di terima oleh masyarakat. Big Pharma mengatakan bahwa sistem liberal di Amerika yang menentukan harga secara bebas di pasar farmasi akan mendorong atau menstimulasi industri farmasi Amerika Serikat menjadi juara dunia dalam bidang inovasi obat-obatan baru. Dengan demikian, mereka memperoleh lebih banyak uang untuk membayar biaya yang sangat tinggi dari penelitian dan pengembangan (R & D) karena selalu ada harapan bahwa obat-obatan baru akan menghasilkan laba yang tinggi. Oleh karena ini, peraturan-peraturan pemerintah yang sedikit demi sedikit mengontrol harga akan mengganggu inovasi dan pengembangan obat-obatan baru.